Beropini " Sikap Inklusif terhadap Digital Democracy"




Kehadiran teknologi digital seperti facebook, instagram, twitter, dan lainnya tidak hanya mengubah komunikasi normal tetapi juga mengubah komunikasi politik, strategi dan juga cara partisipasi masyarakat dalam berpolitik. Sifat terbuka di internet berpotensi meningkatkan partisipasi politik baik warga mengkritik ataupun mendukung kebijakan politik.

Penggunaan media sosial sebagai alat partisipasi politik, merupakan wajah baru demokrasi atau bahasa kerennya demokrasi digital (digital democracy). Ini adalah cara atau strategi untuk menerapkan konsep demokrasi yang tidak terbatas dalam batas waktu. Kapan saja di mana pun masyarakat dapat mengekspresikan pendapat politik mereka dalam waktu singkat.
Keunggulan era internet atau digital dalam demokrasi terlihat dari partisipasi politik berupa kampanye yang dilakukan dari belakang meja komputer tanpa mengurangi keefektifannya. Keuntungan lainnya adalah menghemat waktu dan juga dukungan melalui media sosial lebih cepat dari pada offline.

Tidak perlu bertatap muka secara langsung untuk berhadapan muka dengan orang lain untuk menarik dukungan publik, cukup menyodok mereka secara online,  contohnya melalui akun media sosial yang lebih mudah dan efektif. Tetapi demokrasi digital ini harus dilihat secara inklusif dan terbuka oleh para penggunanya karena para pengguna media sosial melibatkan berbagai partai dan tanpa mengetahui kategori (campuran), baik dalam bentuk usia, jenis kelamin, agama, etnis, asal regional dan seterusnya.

Berdasarkan asosiasi penyedia jasa Internet indonesia (APJII) mengungkap data tentang penetrasi dan profil perilaku pengguna Internet di indonesia. Dari hasil laporan survei yang dilakukan oleh APJIl, menerangkan bahwa berdasarkan usia. Kebanyakan pengguna internet berusia 15 sampai 19 tahun. Sementara itu, kebanyakan pengguna kedua berusia 20 sampai 24 tahun.

Menurut usia ini, pengguna internet dan media sosial paling banyak terdapat di indonesia. Dalam era digitalisasi ini juga hampir semua politisi melaksanakan kampanye politik melalui media sosial, dan sebagian besar strategi offective dari kemenangan tim kandidat politik yang sukses adalah untuk mempengaruhi orang muda atau pemilih pemula.

Memang ini bukan masalah besar karena dapat dilihat bahwa pemilih pemula dan orang-orang muda lainnya membutuhkan pengenalan sistem demokrasi melalui politik. Dan untuk itu untuk tetap baik dan berguna, orang muda harus lebih bijaksana dan lebih inklusif dalam melihat hal ini, inklusif ini didefinisikan sebagai sikap terbuka yang melihat berbagai perspektif dan dapat membedakan antara yang baik atau yang buruk.

Hal yang paling penting dilakukan oleh remaja adalah memilah informasi sehingga tidak terjebak dan terperangkap dalam informasi yang salah karena terkadang, informasi yang disajikan di media sosial juga sangat rentan terhadap kebenarannya, diberikan sumber yang tidak jelas, rujukan yang tidak akurat, dan bahkan tanpa nama.

Kemudahan teknologi digital membuat informasi mudah diterima oleh publik. Penipuan dan propaganda untuk memimpin opini publik untuk melakukan sesuatu yang melanggar norma sangat mudah dilakukan. Dan juga seperti yang kita tahu bahwa informasi yang tidak akurat sangat berbahaya bagi pembuat kebijakan. Jika masukan informasi yang tidak memiliki nilai, sangat mungkin untuk menghasilkan kebijakan yang tidak memuaskan masyarakat yang lebih luas.

Hal yang paling penting untuk menyimpulkan adalah bahwa untuk meminimalkam hal ini diperlukan bagi semua orang, terutama kaum muda dalam demokrasi digital untuk melihat hal ini dalam cara yang inklusif dan terbuka supaya dapat memilah-milah informasi dan memgerti demokrasi secara bebas dan bertanggung jawab dari sistem yang selalu berkembang sesuai era dan tetap menjadi panduan untuk kehidupan sebuah negara dengan prinsip-prinsip yang demokratis.

Komentar