BEROPINI - CAPRES 02 "GEMOY" Dampak Buruk Strategi Branding Media Sosial Dalam Kampanye Politik


(Sumber : https://www.liputan6.com/pemilu/read/5469008/disebut-gimmick-tidak-sehat-tkn-klaim-gemoy-prabowo-adalah-anugerah)

Disclaimer : Penulis tidak terafiliasi dengan Stakeholder Politik apapun dan tulisan ini hanya opini dan bukan riset ilmiah dengan metode pendekatan penelitian tertentu.

BACKGROUND

Dalam kampanye politik, capres dan cawapres telah membangun personal branding mereka di media sosial. Misalnya, capres 02 menggunakan istilah "gemoy" yang erat kaitannya dengan tren di platform seperti TikTok dan Instagram. Dampaknya, banyak masyarakat, terutama kalangan muda, tertarik dan mulai mengadopsi gaya kampanye tersebut, yang pada akhirnya dapat memengaruhi pilihan mereka pada pemilu. Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran mengenai dominasi citra dan gaya dalam proses politik, seringkali mengalahkan substansi dan isu-isu kebijakan yang lebih mendasar.

ANALYSIS

Dalam era digital yang semakin berkembang, media sosial telah menjadi alat yang sangat efektif bagi kandidat politik untuk membangun citra dan memengaruhi opini publik. Namun, ironisnya, strategi branding yang terlalu mengandalkan media sosial dalam kampanye politik sering kali membawa dampak negatif yang signifikan bagi proses demokrasi.

Pertama-tama, penggunaan istilah-istilah populer di media sosial untuk membangun citra politik seringkali mengakibatkan manipulasi opini publik. Kandidat politik cenderung menggunakan istilah-istilah yang sedang tren di media sosial untuk menarik perhatian pemilih, tanpa memberikan penekanan pada isu-isu substansial yang seharusnya menjadi fokus dalam kampanye politik. Akibatnya, pemilih terpengaruh oleh citra yang dibangun melalui media sosial, tanpa melakukan analisis kritis terhadap platform dan visi politik dari masing-masing kandidat. 

Selain itu, penggunaan strategi branding media sosial juga sering kali mengakibatkan pengabaian terhadap isu-isu substansial dan kebijakan politik yang penting. Fokus yang berlebihan pada citra dan kesan yang dibangun melalui media sosial dapat mengaburkan pembahasan tentang program-program dan rencana-rencana yang diajukan oleh para kandidat. Akibatnya, pemilih mungkin tidak mendapatkan informasi yang cukup untuk membuat keputusan politik yang berdasarkan pemahaman yang mendalam.

Dampak negatif dari penggunaan strategi branding media sosial dalam kampanye politik juga dapat terlihat dalam proses demokrasi secara keseluruhan. Fokus yang berlebihan pada citra dan kesan yang dibangun melalui media sosial dapat mengurangi kualitas diskusi politik dan partisipasi demokratis yang substansial. Hal ini dapat mengurangi kesadaran dan keterlibatan publik terhadap isu-isu penting yang mempengaruhi masyarakat dan negara.

Untuk mengatasi dampak negatif dari penggunaan strategi branding media sosial dalam kampanye politik, diperlukan beberapa langkah yang konkret. Pertama-tama, pendidikan literasi media dan kewarganegaraan digital perlu diperluas agar masyarakat dapat mengembangkan pemahaman kritis terhadap informasi yang diterima di media sosial. Selain itu, perlunya peraturan dan kebijakan yang efektif untuk mengatasi penyebaran disinformasi dan manipulasi politik di media sosial tidak bisa diabaikan.

so what ? mengapa ini buruk dalam kacamata anak muda

Kekhawatiran muncul karena potensi kriteria yang dangkal atau sekadar permukaan, seperti branding media sosial atau slogan-slogan tren, memengaruhi keputusan kritis seperti memilih pemimpin politik. Ketika pemilih lebih memprioritaskan gaya daripada substansi, mereka mungkin mengabaikan isu-isu kebijakan penting atau kualifikasi dari para kandidat, sehingga menghasilkan keputusan yang kurang terinformasi atau tidak sesuai dengan kepentingan negara. Selain itu, mengandalkan hanya pada branding media sosial dapat mengabaikan pentingnya mengevaluasi rekam jejak, integritas, dan kemampuan kandidat dalam memerintah secara efektif. Trend ini dapat melemahkan proses demokrasi dengan merusak prinsip-prinsip pengambilan keputusan yang terinformasi dan kewarganegaraan yang bertanggung jawab. Oleh karena itu, penting bagi pemilih, terutama generasi muda, untuk mengevaluasi secara kritis para kandidat politik berdasarkan kebijakan, nilai, dan kompetensi mereka daripada sekadar kehadiran online atau strategi branding semata.

CONCLUSION

Dalam kesimpulan, penggunaan strategi branding media sosial dalam kampanye politik dapat mengakibatkan dampak negatif yang signifikan terhadap proses demokrasi. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mempromosikan diskusi politik yang substansial, keterlibatan demokratis yang berbasis pada pemahaman yang mendalam, dan perlindungan terhadap integritas proses demokratis dari pengaruh yang merugikan. Dengan demikian, kesadaran akan pentingnya pemilihan berdasarkan substansi dan pemahaman yang mendalam tentang isu-isu politik menjadi kunci dalam memastikan kesehatan demokrasi kita.


Komentar

Postingan Populer