Dewasa (Vol 4) - Idealis Vs Kompromi

Pengalaman beralih dari masa remaja ke kedewasaan seringkali menimbulkan pertanyaan dan perubahan dalam pandangan hidup seseorang. Saat masih bersekolah, kita mungkin terpaku pada idealisme yang kuat, memegang teguh nilai-nilai dan keyakinan tanpa banyak kompromi. Namun, ketika masuk ke dunia nyata, kita mulai menyadari bahwa idealisme sering kali harus berbaur dengan pragmatisme untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih besar.
Kedewasaan membawa pemahaman bahwa dunia tidak selalu hitam atau putih, tetapi penuh dengan nuansa abu-abu di antaranya. Meskipun masih memegang teguh nilai-nilai yang diyakini, seringkali kita harus beradaptasi dengan situasi yang kompleks dan terkadang mengorbankan sebagian idealisme demi kemajuan yang lebih besar. Ini tidak berarti kita harus menyerah sepenuhnya pada prinsip-prinsip kita, tetapi lebih kepada kesadaran bahwa dalam kehidupan nyata, kompromi sering kali diperlukan untuk mencapai kesuksesan yang berkelanjutan.
ini terjadi kepada saya. saya lagi-lagi diperhadapkan dengan dilema, sebelumnya saya mengalami dilema untuk memilih menjadi dosen swasta atau dosen pns tetapi saya memilih menjadi dosen pns karena punya idealisme pengabdian lebih kepada bangsa dngan menjadi pegawai pemerintah. diakhir bulan januari saya mendapat email kalau saya lolos program odp salah satu bank bumn dan saya sangat senang karena program odp atau management trainee adalah program percepatan karir hingga ketika lulus kita bisa menjadi manager diusia muda dan mendapat penghasilan yang lebih besar dibandingan dengan menjadi dosen pns yang harus berkarir dari awal.
Saat dihadapkan dengan situasi ini, saya menyadari pentingnya menemukan titik tengah antara mempertahankan idealisme dan menjadi fleksibel dalam menghadapi realitas. Meskipun idealisme memberikan arah dan tujuan yang jelas dalam hidup, saya juga menyadari bahwa kompromi sering kali diperlukan untuk mencapai tujuan secara efektif dalam dunia yang kompleks ini. Dengan demikian, saya memutuskan untuk mengambil pendekatan yang seimbang antara keduanya. Saya akan tetap memegang teguh nilai-nilai dan prinsip-prinsip yang saya yakini sebagai fondasi dalam menjalani hidup dan karier saya. Namun, saya juga akan terbuka terhadap kemungkinan adanya perubahan, kompromi, dan adaptasi yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan. Dengan mengambil pendekatan ini, saya yakin saya dapat menjalani hidup yang kaya akan makna dan memberikan kontribusi positif bagi masyarakat sekitar, sambil tetap menjaga integritas dan keberhasilan pribadi. Saya percaya bahwa dengan menggabungkan idealisme dengan sikap fleksibel, saya akan dapat mencapai keseimbangan yang sehat dalam perjalanan hidup saya.
Pada akhirnya, saya memutuskan untuk mengikuti panggilan hati dan menjadi dosen PNS dengan penuh pengabdian. Keputusan ini terasa sebagai langkah yang tepat untuk saat ini, karena saya percaya bahwa melalui jalur ini saya dapat menemukan keseimbangan antara idealisme dan kompromi. Memilih menjadi dosen PNS memberi saya kesempatan untuk memberikan kontribusi yang signifikan kepada masyarakat melalui sistem pendidikan yang didukung oleh negara. Saya dapat mengabdi dengan sepenuh hati untuk menciptakan lingkungan belajar yang inklusif, bermakna, dan berkualitas bagi para generasi mendatang. Meskipun saya menyadari bahwa setiap pilihan membawa konsekuensi dan tantangan tersendiri, saya yakin bahwa menjadi dosen PNS memungkinkan saya untuk tetap memegang teguh nilai-nilai yang saya yakini, sambil juga menyesuaikan diri dengan realitas yang ada. Dengan kesempatan ini, saya dapat menjalani hidup dengan penuh pengabdian, memberikan dampak positif bagi masyarakat, dan merasa memiliki tujuan yang bermakna dalam perjalanan hidup saya.


Komentar

Postingan Populer