Reflection on the social phenomena of being childfree and unmarried
Intro : Fenomena sosial
tentang Childfree (mengacu pada orang yang secara sadar dan dengan sengaja
memilih untuk tidak memiliki anak) dan Unmarried (mengacu pada orang yang belum menikah atau tidak memiliki
status pernikahan. Ini bisa mencakup orang-orang yang belum menikah, tetapi
juga termasuk mereka yang telah menjalin hubungan jangka panjang tanpa
pernikahan resmi.) menjadi topik perdebatan yang
sangat hangat walaupun mayoritas orang disekitar ogut memilih untuk tidak
menerima childfree dan unmarried sebagai pilihan tetapi sebagai
kewajiban. sebenarnya tidak ada nilai kebenaran maupun kesalahan dalam childfree maupun unmarried.
Disclaimer
: Setiap
orang memiliki hak untuk menentukan apa yang terbaik bagi kehidupan mereka
sendiri, dan keputusan untuk memiliki atau tidak memiliki anak ataupun keputusan
menikah maupun tidak menikah adalah hal yang sangat pribadi dan merupakan
kehendak bebas setiap orang.
Istilah dan Definisi :
1. Istilah
"unmarried" merujuk pada status seseorang yang belum menikah. Sejarah
istilah ini tidak memiliki sumber yang jelas karena status pernikahan dan
istilah yang menggambarkannya telah ada sepanjang sejarah manusia. Dalam banyak
budaya dan masyarakat, pernikahan dianggap sebagai institusi penting yang
membentuk ikatan legal, sosial, dan ekonomi antara dua individu. Namun, istilah
"unmarried" digunakan secara implisit untuk menggambarkan seseorang
yang belum terikat dalam ikatan pernikahan resmi. Seiring perkembangan zaman
dan perubahan sosial, persepsi dan penilaian terhadap status pernikahan dan
"unmarried" juga telah berubah. Beberapa dekade yang lalu, kehidupan
lajang atau tidak menikah sering kali dianggap tidak lazim dan terkadang
dianggap sebagai sesuatu yang kurang diterima di beberapa budaya. Namun,
pandangan ini telah berubah secara signifikan, dan sekarang ada lebih banyak
pengakuan dan penghargaan terhadap pilihan hidup seseorang untuk tidak menikah
atau menunda pernikahan.
2. Istilah
"childfree" merujuk pada seseorang yang secara sadar dan dengan
sengaja memilih untuk tidak memiliki anak. Istilah ini muncul pada akhir abad
ke-20 sebagai cara untuk menyampaikan keputusan tersebut secara jelas dan
mengidentifikasi diri dengan kelompok yang memiliki pilihan hidup tersebut. Sebelum
munculnya istilah "childfree," istilah yang lebih umum digunakan
adalah "childless" (tanpa anak). Namun, "childless" merujuk
pada seseorang yang tidak memiliki anak, baik karena belum memiliki anak atau
karena tidak dapat memiliki anak karena masalah medis atau infertilitas.
Perbedaan antara "childless" dan "childfree" adalah bahwa
"childfree" menekankan pada pilihan sadar untuk tidak memiliki anak,
sedangkan "childless" mengacu pada keadaan tanpa anak tanpa
mempertimbangkan faktor pilihan. Munculnya istilah "childfree"
dipengaruhi oleh perkembangan sosial, perubahan peran gender, dan pergeseran
nilai-nilai masyarakat terhadap keluarga dan pernikahan. Pada abad ke-20,
dengan meningkatnya kesadaran tentang hak reproduksi dan kebebasan individu,
beberapa orang mulai mempertanyakan paradigma tradisional bahwa setiap orang
harus menjadi orang tua. Gerakan kelompok yang memilih childfree juga mulai
muncul pada tahun 1970-an dan 1980-an. Kelompok-kelompok ini berfungsi sebagai
sumber dukungan dan komunitas bagi mereka yang memilih hidup tanpa anak. Mereka
bertujuan untuk memperluas wawasan dan menghilangkan stigma terkait dengan
pilihan tersebut. Sejak itu, istilah "childfree" telah digunakan
secara luas untuk menggambarkan individu yang aktif memilih untuk tidak
memiliki anak. Ini melibatkan kesadaran, pemikiran yang matang, dan pengambilan
keputusan yang disengaja berdasarkan preferensi pribadi, kebebasan, tanggung
jawab finansial, dan nilai-nilai yang berbeda
Opini
ogut : Setiap individu memiliki kebebasan untuk menentukan jalan menuju
kebahagiaan mereka sendiri. Kebahagiaan adalah sesuatu yang sangat subjektif,
dan apa yang membuat seseorang bahagia dapat berbeda-beda dari individu ke
individu. Bagi beberapa orang, kebahagiaan dapat ditemukan melalui membentuk
keluarga dan memiliki anak-anak. Mereka menemukan kepuasan dan arti hidup dalam
peran orang tua, membesarkan anak-anak, dan membangun ikatan keluarga yang
kuat. Di sisi lain, ada juga orang-orang yang merasa bahagia dengan hidup tanpa
anak atau tanpa ikatan pernikahan. Mereka menemukan kepuasan dan kebahagiaan
dalam kebebasan, fleksibilitas, pengembangan diri, atau mengejar minat dan
tujuan pribadi tanpa keterikatan yang sama. Tidak ada pendekatan yang benar
atau salah untuk mencapai kebahagiaan. Setiap individu memiliki kebutuhan,
nilai-nilai, dan impian yang unik. Penting untuk menghormati pilihan hidup
masing-masing individu dan memberikan dukungan dalam mencari kebahagiaan
mereka, baik itu melalui membentuk keluarga atau menjalani hidup sendiri. Yang
terpenting adalah bahwa kebahagiaan adalah pencarian pribadi dan dapat
ditemukan melalui berbagai cara yang berbeda. Toleransi, pengertian, dan
menghargai pilihan hidup orang lain adalah aspek penting dalam membangun
masyarakat yang inklusif dan saling menghormati.
Komentar
Posting Komentar